Pada tanggal 13 November 2015 bertempat di Grand Abe Hotel, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Papua berkerjasama dengan Youth Forum Papua (YFP) menyelenggarkan “Youth Idea Festival and Seminar on Cultural Dialogue to Prevent HIV in Papua”. Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen terhadap upaya optimalisasi program terkait upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok usia muda (10-24 tahun) di Provinsi Papua.
Herman Orun selaku perwakilan dari Youth Forum Papua mengungkapkan bahwa angka peningkatan HIV di Papua sudah cukup tinggi. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk menekan kasus HIV di Papua, salah satunya melalui kegiatan ini dengan melibatkan para remaja Papua. “Besar harapan kami ide dari remaja papua dapat didukung oleh SKPD yang ada” Imbuh Herman. Selain itu, beliau juga berharap agar kepedulian pemerintah dan remaja untuk bersama-sama berkontribusi menurunkan angka penyebaran HIV di Papua semakin meningkat.
Dalam sambutannya, KPA yang diwakili oleh Dr. Suhardi Swarejo mengungkapkan, sesuai dengan hasil Pertemuan Nasional AIDS ke-5 di Makassar, terdapat 3 cara agar penularan HIV di Papua dapat dikurangi dan bahkan dihentikan. Ketiga poin tersebut, yaitu tidak ada infeksi baru, jangan ada kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan HIV, dan jangan ada stigma dan diskriminasai terhadap kaum Odha. “Kalau ketiga ini bisa dicapai, kita bisa masuk dalam tahap eliminasi HIV dan tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi.” Ungkap beliau. Di KPA sendiri, terdapat promosi kesehatan yang berupa tindakan Preventive, Care Support Treatment, dan dedikasi untuk menurunkan angka prevalensi HIV/AIDS di Papua. “Mudah-mudahan seluruh pemuda yang ada di lingkungan kita dapat bergabung di forum pemuda seperti ini, serta memiliki komitmen yang aplikatif dan melahirkan Action Plan yang dalam pelaksanaannya akan dibantu oleh Komisi Penanggulangan AIDS beserta korporat-korporat lainnya” ungkap beliau sebelum mengakhiri sambutannya.
Acara selanjutnya yaitu Youth Assesment yang dibawakan oleh Dialita A. C. Tuanya mengenai “Kajian dan Program Bagi Orang Muda Di Papua dan Papua Barat”. Apabila melihat data pengelompokan penduduk berdasarkan usia, maka penduduk Papua tergolong ke dalam kelompok ekspansif. Dimana sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok usia muda. Besarnya populasi penduduk remaja di Papua layaknya pisau bermata dua, dimana hal ini dapat menjadi sebuah peluang, namun juga dapat berubah menjadi ancaman jika tidak ada program yang mendukung peningkatan sumber daya remaja Papua dan pencegahan masalah kesehatan bagi remaja di Papua.
Untuk itu dalam presentasinya, Dialita menyebutkan bahwa penting untuk melibatkan para remaja dalam pembuatan kebijakan yang berhubungan dengan mereka agar dalam pelaksanaannya, kebijakan tersebut tepat sasaran dan sesuai hati nurani para remaja. Selain itu, terdapat beberapa rekomendasi dari orang muda, yaitu pembangunan yang peduli terhadap orang muda dan orang muda dalam mitra pemerintah. Diharapkan rekomendasi ini dapat dituangkan dalam kebijakan gubernur agar menempatkan mereka dalam forum orang muda sebagai mitra kerja pemerintah dalam pembangunan.
Mengingat tingginya permasasalahan HIV di Papua yang menduduki posisi ketiga tertinggi di Indonesia, maka perlu dilakukan upaya pencegahan melalui pendekatan kultural. KPA bersama dengan Youth Forum Papua dalam seminar tersebut juga turut mengundang seorang Antropolog sekaligus dosen di Universitas Cenderawasih, Frans Apomfires, M.A. untuk berdiskusi mengenai upaya pencegahan HIV melalui pendekatan kultural. Dalam diskusi tersebut, Bapak Frans menjelaskan mengenai hubungan kesehatan reproduksi dengan kebudayaan. Beliau menuturkan bahwa HIV/AIDS merupakan suatu gejala budaya, sehingga permasalahan tentang HIV/AIDS dapat ditinjau sebagai masalah budaya yang dalam penyelesaiannya juga harus melibatkan unsur-unsur kebudayaan.
Mengingat pentingnya pelibatan remaja sebagai Agent Of Implementation dan Agent Of Change, maka Youth Idea Festival memberikan ruang bagi remaja-remaja di Papua untuk turut menyumbangkan pemikiran dan ide-idenya untuk mengkampanyekan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Papua dalam “My Idea Reduce HIV”. Setelah melakukan tahap seleksi yang cukup ketat, akhirnya terpilih empat orang remaja yang diberikan kesempatan untuk mempresentasikan ide mereka. Ke-empat remaja tersebut adalah Rispan Kendek, Arum Endah Hudayanti, Chici Cahyanti, dan Farida Puspadita Situmorang, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama seluruh peserta Youth Idea Festival.
Ide-ide dari para remaja pada workshop tersebut, yaitu (1) peningkatan pengetahuan bagi anak muda tentang HIV/AIDS menggunakan bahasa daerah dan media baik cetak maupun elektronik agar lebih dipahami. (2) Pemeriksaan HIV dengan pendekatan anak muda. (3) upaya penyuluhan harus diikuti dengan merangkul anak muda untuk memeriksa HIV. (4) Memberikan pengetahuan kepada orangtua agar dapat melakukan penanaman karakter sejak dini dan sexuality education pada anak-anaknya. (5) Membentuk komunitas remaja peduli dan siap berperang melawan HIV/AIDS, serta dapat memberikan sosialisasi yang benar tentang HIV/AIDS untuk kaum remaja lainnya. (6) Pemantauan dan pelibatan oleh smua pihak. (7) Penggunaan alat-alat medis yang steril untuk meminimalisir risiko penularan virus HIV. (8) Melibatkan pemuda sebagai pelopor untuk pencegahan HIV di Papua.
Selain seminar dan pemaparan ide-ide, Youth Idea Festival juga menghadirkan pameran Photo Voice sebagai salah satu bentuk kampanye anak muda. Pameran tersebut diisi dengan berbagai macam foto dari para peserta yang telah diberikan pelatihan oleh Rutgers WPF di Surabaya bulan Oktober lalu.
Melalui Youth Idea Festival ini diharapkan terjadi percepatan peningkatan pengetahuan komprehensif hiv pada remaja sehingga mampu menekan angka kasus penularan HIV di kalangan remaja Papua. Selain itu diharapkan adanya pengoptimalan pelaksanaan peraturan Pemerintah Provinsi Papua terkait pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS dan pengarusutamaan HIV dan AIDS didunia pendidikan yang menyasar kelompok remaja. Diharapkan pula keterlibatan remaja yang penuh dan berarti semakin meningkat dalam setiap kebijakan yang terkait remaja, serta dapat memperluas jejaring kerja SKPD, Youth Forum, Lintas Sectoral, Media dan Swasta (Public, Private and Media Partnership).
Sudah saatnya remaja dilibatkan. Berinvestasi pada remaja berarti berinvestasi pada kebijakan dan program, serta berinvestasi untuk masa depan bangsa!
Niluh Ayu Mutiara Ariyanti
Volunteer of Youth Forum Papua