Jakarta, 11 Agustus 2023 – Dampak masalah-masalah kesehatan reproduksi selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa. Beberapa masalah kesehatan reproduksi yang rentan terhadap remaja adalah HIV AIDS, pernikahan dini, kehamilan tidak diinginkan, dan melahirkan di usia remaja masih menjadi ancaman bagi kemajuan remaja Indonesia dan memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian ibu & bayi.
Terbatasnya informasi mengenai kesehatan reproduksi pada remaja termasuk kelompok risiko tinggi mempengaruhi angka kehamilan, angka perkawinan, serta angka kelahiran usia dini pada remaja. Akibat kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan pada usia remaja yang menjadi pemicu terjadinya pernikahan di usia muda,
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Rutgers Indonesia melalui Program Power to You(th) mendukung DIrektorat Bina Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Pusat dalam penyusunan Panduan Pembinaan Kesehatan Reproduksi Pada Kelompok Anak Tidak Sekolah dengan Risiko Tinggi. Sebagai salah satu tahapan dalam penyusunan panduan diselenggarakan kegiatan lokatulis di Hotel Vasaka, Jakarta, 11/08/23.
Dukungan pendanaan yang diberikan oleh Rutgers Indonesia melalui program Power to Youth untuk penyusunan buku panduan ini adalah wujud konkret dari komitmen Rutgers Indonesia dalam mendukung upaya pemerintah dan lembaga terkait, untuk menciptakan perubahan positif di bidang kesehatan reproduksi dan seksualitas, termasuk untuk meningkatkan dan memperluas akses terhadap pengetahuan dan layanan yang berkualitas.
Acara dibuka oleh Direktur Bina Kesehatan Reproduksi BKKBN, Safrina Salim dan turut dihadiri oleh Country Representative Rutgers Indoensia, Restu Pratiwi, perwakilan Direktorat Bina Ketahanan Remaja, Direktorat Bina AKses Pelayanan KB, Direktorat Bina Kualitas Pelayanan KB, Direktorat Pelayanan KB Wilayah Khusus, pemerhati anak jalanan dan pengelola rumah singgah bagi anak jalanan.
Data Susenas (2017) menunjukkan bahwa sebanyak 8% (4,4 juta) dari 55 juta anak usia sekolah (7-18 tahun) adalah anak tidak sekolah. Anak tidak sekolah seperti Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH), anak jalanan, anak di panti sosial merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi karena mereka sulit mengakses informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.”
“Direktorat Bina Kesehatan Reproduksi BKKBN bersama Rutgers Indonesia sedang melakukan penyusunan panduan dan Alat Permainan Edukasi (APE) kesehatan reproduksi bagi kelompok risiko tinggi sebagai panduan bagi fasilitator kesehatan reproduksi dalam melakukan edukasi baik di tingkat Pusat, Provinsi bahkan sampai Kabupaten/Kota.” ujar Safrina dalam pidato pembukaannya.
Berdasarkan sasaran program dan intervensi pemerintah melalui kebijakan serta program prioritas Kementerian/Lembaga yang tertuang dalam Strategi Penanganan Anak Tidak Sekolah (STRANAS Penanganan ATS) oleh Bappenas, ATS dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, seperti Anak yang berada di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T); Anak yang bekerja dan pekerja anak; Anak penyandang disabilitas; Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH); Anak Jalanan (Anjal) dan Anak Terlantar (Antar); Anak dalam pernikahan anak/ibu remaja, dan Kelompok ATS lainnya.
“Isu hak kesehatan reproduksi dan seksual terutama di kalangan anak tidak sekolah berisiko tinggi adalah isu yang mendesak. Kami percaya bahwa melalui edukasi yang akurat dan holistik, remaja dapat mengambil keputusan yang lebih bijak terkait dengan kesehatan mereka. Dalam hal ini, buku panduan ini akan menjadi alat yang kuat dalam upaya kita untuk memberdayakan generasi muda agar mereka dapat menghadapi masa depan dengan percaya diri dan pengetahuan yang memadai.” tegas Restu.
Dengan disusunnya buku ini diharapkan dapat menjadi panduan praktis bagi fasilitator kesehatan reproduksi dalam mengimplementasikan pembinaan kesehatan reproduksi dalam upaya meningkatkan pemahaman kesehatan reproduksi bagi remaja kelompok risiko tinggi.
Panduan ini berisikan berbagai materi terkait nilai, norma dan relasi, memahami jenis kelamin dan gender, pertumbuhan dan perkembangan remaja, seksualitas dan perilaku seksual, kesehatan reproduksi dan seksualitas, melindungi diri dari kekeraasan, serta cara mengakses layanan kesehatan dan dilengkapi dengan berbagai macam Alat Permainan Edukasi (APE) untuk memudahkan proses belajar anak dan remaja melalui pengalaman bermain.
Direncanakan panduan ini siap didistribusikan pada awal tahun depan ke seluruh Provinsi di Indonesia, setelah melalui tahap akhir penyusunan berupa uji coba di dua kota: Lombok dan Bandung.
Tentang Rutgers Indonesia: Rutgers Indonesia adalah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk mempromosikan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dan pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Dengan fokus pada pendidikan, advokasi, dan pelibatan masyarakat, Rutgers Indonesia berupaya untuk menciptakan masyarakat yang menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak semua individu.
Untuk pertanyaan media, silakan menghubungi:
Indira Susatio
Manajer Komunikasi dan Kampanye
Rutgers Indonesia
Hp: 081281813033 | Email: indira@www.gemilangsehat.org