Satu minggu terakhir, kita dihebohkan dengan gerakan bertagar #MeToo yang dipicu oleh pelecehan di tempat kerja. Tagar ini menjadi viral dan banyak didukung oleh warganet di seluruh dunia. Tentunya kita perlu mendukung dan menyuarakan kepada seluruh laki-laki di Indonesia untuk selalu memperlakukan perempuan dengan baik, bahwa perempuan dan laki-laki adalah setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah kedudukannya, serta tidak ada satu pun perempuan atau laki-laki yang bisa seenaknya dilecehkan oleh pria (kebanyakan), dalam bentuk apa pun tanpa terkecuali.
Nah, agar tercipta situasi yang adil dan nyaman bagi perempuan, terutama di lingkungan kerja, tidak ada salahnya mulai dari sekarang dan sampai seterusnya kalian sebagai laki-laki belajar untuk melibatkan diri dan mengubah sikap dan perilaku. SobatASK punya beberapa cara buat kamu menerapkannya di lingkungan kerja. Baca dengan seksama ya!
Jika kalian bekerja dalam tim namun tidak ada perempuan dalam tim tersebut, utarakan pendapat.
Seringkali dalam tim kerja, laki-laki melulu yang kalian lihat. Sadarkah kalian kalau perempuan juga ingin mendapatkan pekerjaan yang sama menantangnya dengan laki-laki dan mampu mengerjakannya. Mulailah dari tim terkecil kalian di kantor. Jika tim kalian semuanya laki-laki, libatkan rekan perempuan. Jika kalian bukan pemimpin dari tim, utarakan pendapat kalian bahwa di tim kalian butuh sosok perempuan.
Jangan pernah memojokkan perempuan karena identitas gendernya.
Jika rekan kerja kalian adalah perempuan, bukan berarti dia lebih tidak kompeten daripada kalian. Seringkali jika perempuan berprestasi dan sangat berkomitmen dengan setiap kerjanya, ada saja selintingan-selintingan omongan dari rekan kerja laki-laki yang memojokkan perempuan. Ayolah, gengs. Mulai ubah pikiran-pikiran seperti itu. Perempuan ataupun laki-laki bisa berprestasi di tempat kerja bukan karena mereka adalah perempuan, ataupun mereka adalah laki-laki. Tapi karena memang mereka bekerja keras dan melakukan yang terbaik untuk semua yang sedang mereka kerjakan.
Jangan ngaku “feminis” hanya untuk mendapatkan kepercayaan dari rekan kerja perempuan kalian. Tunjukkan dengan aksi dalam kehidupan kerja sehari-hari.
Mengaku itu gampang, tapi melakukan yang membutuhkan usaha. Tapi ingat gengs, jika kalian menunjukkan rasa hormat kalian kepada rekan kerja di kehidupan sehari-hari dengan terpaksa, sama aja boong. Mulailah dengan berpikir bahwa tindakan yang kalian lakukan untuk memberikan dukungan kalian kepada reken kerja perempuan bukan dilakukan karena ada maksud terselubung, tapi karena kalian memang merasa bahwa rekan kerja perempuan kalian memiliki tempat yang sama dalam kehidupan kantor.
Jangan menyentuh perempuan karena merasa kalian bersikap afeksionis, ingin menunjukkan kasih sayang. Itu menganggu rekan kalian.
Kadang-kadang, kalian menepuk pundak rekan kerja perempuan untuk memanggilnya atau sekadar ingin menyapa. Tahukah kalian sentuhan yang kalian berikan bisa sangat menganggu rekan kalian? Apa pun kontak fisik harusnya mendapatkan konsen di antara kedua belah pihak. Jika tidak ada konsen tersebut, jangan sekali-kali melakukan sentuhan. Bahkan, sebagai laki-laki, kadang juga kalian sering mendapatkan remasan di pundak oleh bos kalian, yang juga laki-laki. Kalau kalian aja gak nyaman, rekan perempuan kalian tentunya juga gak nyaman, dong?
Jangan menghubungkan kepintaran dan kemampuan rekan kerja perempuan kalian berdasarkan pakaian yang mereka kenakan.
Harus selalu kalian ingat dan kalian tanamkan di diri masing-masing, pakaian yang kalian gunakan itu tidak ada hubungannya dengan kepintaran dan kemampuan kerja kalian. Ini berlaku untuk semuanya. Terutama bagi perempuan, kalian pasti sering menemukan omongan seperti “Pendek amat roknya, bisa kerja gak tuh”, “Duh, warna-warni amat mau ngantor apa ngemall”. Kalian itu punya hak untuk berekspresi. Jangan ganggu hak orang lain hanya karena kalian nggak suka melihat bagaimana orang tersebut bertindak.
Erlangga