Kamu pasti sudah berkenalan dengan istilah maskulin dan feminin. Kedua istilah itu memang biasa digunakan untuk menggambarkan ekspresi gender seseorang. Tapi, tahukah kamu kalau ada istilah yang ada di tengah-tengah maskulin dan feminin?
Perkenalkan: androgini!
Androgin = Bukan Maskulin, Bukan Feminin
Singkat kata, seseorang yang androgini adalah seseorang yang memiliki karakter feminin sekaligus maskulin.
Tidak Ada Hubungannya Dengan Orientasi Seksual
Patut ditekankan bahwa androgini itu mengacu pada ekspresi gender seseorang, bukan orientasi seksualnya. Misalnya, kita sudah tahu bahwa seorang laki-laki yang feminin belum tentu homoseksual. Nah, seseorang yang androgini juga belum tentu homoseksual atau biseksual. Sekali lagi, orientasi seksual dan ekspresi gender itu enggak selalu ‘berbanding lurus’.
Intip soal kue gender di sini.
Tidak Hanya Mengacu Pada Fisik
Kalau dicari tahu lebih lanjut, apa yang dianggap ‘maskulin’ dan ‘feminin’ itu sebenarnya tergantung pada pemikiran masyarakat. Menurut masyarakat, suara berat, sifat macho, dan warna biru itu maskulin dan sebaliknya, suara tinggi, sifat lemah lembut, dan warna merah muda itu feminin.
Karena androgini itu gabungan antara apa-yang-dianggap-maskulin dengan apa-yang-dianggap-feminin, sifat androgini tidak cuma terlihat dari bentuk fisik. Seorang laki-laki yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, suka warna pink, dan suaranya tinggi juga bisa dianggap memiliki karakteristik androgini. Oleh karena itu, sebenarnya androgini itu lebih umum dari yang kamu kira.
Dikenal Dalam Banyak Istilah Lain
Ada banyak istilah lain untuk menggambarkan androgini. Di antaranya adalah: pangender, gender fluid, agender, non-gender, gender neutral, dan lain-lain. Tentu saja, semua istilah ini punya makna masing-masing dan berbeda tipis dengan satu sama lain. Tapi, semuanya mengacu pada sifat-sifat yang bisa digambarkan dengan istilah androgini.
Bukan Barang Baru
Jangan dipikir kalau androgini itu temuan baru yang muncul karena pengaruh Barat ke Indonesia. Sejak dulu, sifat androgini itu lebih mengakar di budaya kita. Dalam budaya tradisional Bugis, misalnya, masyarakat mengenal lima gender berbeda: laki-laki maskulin, perempuan feminin, laki-laki feminin, perempuan maskulin, dan satu gender bernama bissu yang menggabungkan karakteristik dari semua gender. Kalau kamu kulik lebih jauh, budaya-budaya lain dari berbagai negara di dunia juga punya sifat androgin yang serupa.
Baca juga soal “3 Jenis Gender di Budaya Tradisional”