SobatASK, menstruasi sering kali dipandang sebagai isu yang hanya relevan bagi perempuan. Padahal, menstruasi nggak cuma persoalan biologis, ada isu sosial juga yang mengiringinya, loh!
Menstruasi sering diselubungi stigma dan tabu yang menyebabkan perempuan merasa malu atau tidak nyaman membicarakannya, bahkan dengan anggota keluarga dekat.
Stigma ini tidak hanya membatasi perempuan dalam hal kesehatan dan kebersihan pribadi, tetapi juga mempengaruhi partisipasi mereka dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan aktivitas sosial. Jadi, menstruasi punya dampak dalam tatanan hidup bermasyarakat bagi seorang perempuan.
Nah, jadi bagaimana laki-laki bisa berperan?
Yuk, simak!
- Menstruasi adalah Isu Global
Tahukah SobatASK? saat ini, diperkirakan ada sekitar 1,9 miliar orang di dunia yang berada dalam usia reproduksi (15-49 tahun) dan mengalami menstruasi. Bisa dibayangkan yah SobatASK, isu menstruasi bukan persoalan individu atau perempuan saja. Perlu upaya kolektif dari berbagai pihak mulai dari level individu, keluarga, komunitas, masyarakat, hingga pemerintah untuk memastikan setiap perempuan di seluruh dunia bisa merasakan pengalaman menstruasi higienis, aman bagi diri sendiri dan lingkungan, serta bermartabat.
- Laki-laki Punya Peran untuk Mengakhiri Stigma
Banyak mitos dan stigma turun-temurun yang selalu dikaitkan dengan menstruasi. Akhirnya, hal tersebut mengkonstruksikan menstruasi sebagai hal tabu sehingga perempuan jadi merasa malu untuk belajar lebih dalam tentang kesehatan reproduksinya. Perempuan juga sering kali dihantui perasaan canggung saat menstruasi baik itu di sekolah, tempat kerja, maupun di rumah.
SobatASK, mitos-mitos yang beredar soal menstruasi sangat berisiko kesehatan bagi perempuan. Padahal, penting banget bagi setiap individu untuk mendapatkan akses pengetahuan kesehatan reproduksi yang komprehensif untuk kesejahteraan dirinya. Perempuan harus tau cara merawat kesehatan dan kebersihan dirinya selama menstruasi.
Nggak hanya itu, mitos menstruasi tak jarang membuat perempuan mendapat stigma negatif dalam berbagai lapisan kehidupan mereka. Misalnya, di beberapa budaya, perempuan yang sedang menstruasi dianggap “kotor” dan tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau budaya setempat. Stigma ini tidak hanya membatasi peran perempuan dalam masyarakat, tetapi juga memperkuat pandangan bahwa menstruasi adalah sesuatu yang memalukan dan harus disembunyikan.
Nah, karena itu, dengan pemahaman yang baik soal menstruasi, laki-laki bisa ikut berperan menghapus stigma, mendukung perempuan agar mereka tidak lagi merasa rasa malu dan canggung dan bisa berpartisipasi penuh dalam masyarakat. saat menstruasi,
- Mendukung Kesetaraan Gender, Memberi Ruang untuk Hak Kesehatan Reproduksi
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang menstruasi, laki-laki bisa menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dengan memberikan dukungan yang lebih baik, mulai dari kenyamanan emosional hingga bantuan praktis.
Misalnya, di tempat kerja atau sekolah, laki-laki yang paham tentang kebutuhan perempuan saat menstruasi dapat berkontribusi pada kebijakan yang memastikan akses ke produk menstruasi dan fasilitas sanitasi yang memadai. Tentu hal ini bisa membuat perempuan merasa nyaman dan dihargai.
Contoh lainnya saat di rumah, kamu bisa bersikap lebih mendukung kepada ibu, kakak atau adik perempuanmu dengan memahami kebutuhan khusus selama periode menstruasi, dan menawarkan bantuan yang diperlukan, seperti membantu membeli produk menstruasi, yang bisa berupa pembalut, menstrual cups atau tampon, atau membantu pekerjaan rumah tangga untuk meringankan anggota keluarga yang sedang dalam periode menstruasi.
Jadi, laki-laki bisa menjadi aliansi dalam perjuangan kesetaraan gender dengan menunjukkan pemahaman dan dukungan terhadap isu-isu kesehatan reproduksi dan kerentanan yang dialami perempuan.
Nah itu dia sobatASK!
Menstruasi memang sering dianggap sebagai urusan perempuan, tetapi peran laki-laki dalam mendukung dan memahami isu ini sangat penting. Dengan pengetahuan dan empati, laki-laki dapat membantu mengubah persepsi negatif yang sering mengelilingi menstruasi. Dengan pengetahuan dan empati, laki-laki dapat membantu mengubah persepsi negatif yang sering mengelilingi menstruasi. Langkah-langkah sederhana seperti mendukung kebijakan akses produk menstruasi di tempat kerja atau memberikan bantuan praktis di rumah, bisa menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Dengan memahami kesehatan reproduksi, laki-laki dapat berkontribusi pada keadilan gender dan kesejahteraan perempuan