Untuk memperingati Hari Perempuan Internasional 2018, Girls Not Brides mengunjungi dan melakukan serangkaian kegiatan di Indonesia. Girls Not Brides adalah kemitraan global dengan anggota lebih dari 900 organisasi masyarakat sipil di mana Rutgers adalah salah satunya dari 95 negara yang berkomitmen untuk mengakhiri pernikahan anak dan mendukung perempuan dalam memenuhi potensi mereka. Selama kunjungan ini, inisiator dan ketua dewan Girls Not Brides, Princess Mabel van Oranje, mengunjungi beberapa proyek yang dijalankan oleh Aliansi Yes I Do. Aliansi mendapat kehormatan untuk mendampingi Mabel ke daerah intervensi kami di Lombok Barat. Princess Mabel bertemu dengan gadis-gadis dari sekolah SMPN 1 Kediri, yang mengujicobakan modul pendidikan seksual komprehensif SETARA kami. Gadis-gadis itu memberi tahu Mabel tentang apa yang telah mereka pelajari tentang kesehatan seksual dan reproduksi mereka. Mabel juga berbicara dengan para guru yang mengampuh modul dan wakil kepala sekolah.
Selain mengunjungi sekolah, Mabel juga mengunjungi forum dialog komunitas pemuda yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi fasilitator diskusi masyarakat. Mabel berbicara dengan kelompok pemuda tentang pernikahan anak dan pentingnya pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi. Tim Girls Not Brides juga bertemu dengan para pemimpin tradisional di Gedung Kesenian Desa Jagaraga Indah, yang menjelaskan sejarah praktik pernikahan lokal Merariq. Saat ini terjadi kesalahpahaman tentang budaya Merariq tradisional yang telah menyebabkan gadis-gadis diambil dari rumah mereka oleh laki-laki muda atau laki-laki dewasa untuk menikah, dan praktik modern ini adalah pendorong utama pernikahan anak di Lombok Barat. Gadis yang menolak menikah setelah dibawa pergi tidak punya pilihan selain menikah untuk menghindari diri dari mempermalukan diri sendiri dan keluarga. Program Yes I Do berkolaborasi dengan para pemimpin tradisional lokal untuk membuat panduan Merariq yang mengacu pada tradisi asli dan mulia nenek moyang.