Dalam pemenuhan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas serta pemberian layanan kesehatan ramah remaja, RutgersWPF Indonesia bersama mitra berkomitmen untuk melaksanakan program Get Up Speak Out (GUSO) dengan kolaborasi berbagai pihak, terutama bersama dengan pemangku kepentingan terkait serta remaja sebagai aktor kunci. Pemangku kepentingan terkait yang selama ini bekerja bersama untuk pemenuhan hak remaja ini adalah sekolah, Puskesmas, dan pemerintah lokal maupun nasional.
Kunjungan bersama Kementerian Kesehatan ke Denpasar
Pada awal tahun 2018 lalu, RutgersWPF Indonesia bersama dengan Direktorat Kesehatan Keluarga (Ditkesga) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengunjungi wilayah kerja program GUSO di Denpasar, Bali. Dalam kunjungan ini, KISARA (Kita Sayang Remaja) PKBI Bali bersama dengan Puskesmas Denpasar Utara I serta SMP (SLUB) Saraswati Denpasar berbagi pengalaman kolaborasi implementasi modul SETARA dan penguatan rujukan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas dan SMP Saraswati. Kolaborasi ini tidak hanya berjalan di dalam implementasi program saja, RutgersWPF Indonesia bersama dengan KISARA PKBI Bali juga berkomitmen melibatkan sekolah dan Puskesmas dalam proses revisi modul SETARA sebagai modul pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini disambut baik oleh Ditkesga Kementerian Kesehatan RI, sinergi berbagai pihak tentu diharapkan dapat memberikan dampak yang besar dan positif bagi remaja.
Kolaborasi Tim Jakarta dan Guru Sekolah Mitra dalam Pemenuhan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Tingkat SMP
Hal serupa dengan KISARA PKBI Bali, tim GUSO daerah Jakarta yang terdiri dari PMI Jakarta Timur, PKBI DKI Jakarta, dan Yayasan Pelita Ilmu bersama dengan RutgersWPF Indonesia juga melakukan kolaborasi dengan sekolah mitra di wilayah Jakarta Timur. Kolaborasi ini salah satunya ditunjukkan melalui kegiatan lokakarya penyusunan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) modul SETARA dengan metode insersi pada pelajaran di sekolah. Harapannya, pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang penting bagi remaja ini tidak menambah beban jam pelajaran di sekolah namun dapat dikolaborasikan dengan mata pelajaran yang sudah ada.