Latar Belakang
Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI), sebelumnya Ruang Temu Generasi Sehat/ Rutgers Indonesia bersama mitra implementasi berupaya meningkatkan layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan berbasis gender. Secara spesifik, YGSI berkontribusi untuk mengembangkan dan mempromosikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi secara komprehensif dan kontekstual berdasarkan usia dan kebutuhan sasaran program. YGSI menyediakan pengelolaan hibah, jaminan kualitas, dan kontrol kualitas, dan menyediakan dukungan teknis kepada organisasi mitra pelaksana program melalui pendekatan transformatif gender, keterlibatan laki-laki, Partisipasi Orang Muda yang Bermakna dan Inklusif (MIYP).
YGSI sedang melakukan intervensi di 47 sekolah dalam 7 kota/kabupaten dibawah program Power to Youth – PtY yaitu Lombok Tengah, Lombok Timur, Garut, Jember dan dibawah program Right Here Right Now 2 – RHRN2 yaitu; Indramayu, Langkat, dan Jombang. Hingga pertengahan tahun 2024, telah terdapat 264 guru aktif yang dilatih PKRS menggunakan modul SETARA dan menjangkau 17,960 siswa SMP. Dalam pelaksanaannya, YGSI melakukan bersama mitra kerja LSM dan pemerintah daerah.
Di sisi lain, modul SETARA tersebut telah menjadi bagian dari modul PKRS yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI dan diserahterimakan kepada Kemendikbud pada tahun 2021. Pada akhir tahun 2021, terdapat kesepakatan Kerjasama antara Kemendikbud dan Kemenkes dalam melakukan perluasan program PKRS ditingkat SMP. Perluasan PKRS ini dibantu oleh UNFPA dan YGSI (dahulu bernama Rutgers Indonesia) dalam pelaksanaannya yang berupa pelatihan dan bantuan teknis pasca pelatihan untuk guru-guru.
Sementara proses perluasan PKRS di sekolah sedang berjalan, evaluasi penggunaan modul Setara melalui pendidikan formal yang dilakukan YGSI dan UGM menunjukkan bahwa tidak seluruh materi PKRS dapat disampaikan di sekolah yang menyebabkan, peningkatan pengetahuan Kespro pada siswa tidak seperti yang diharapkan, walaupun pada beberapa topik telah terdapat peningkatan pengetahuan.
Kondisi di atas disebabkan oleh beberapa faktor:
- Waktu penyampaian PKRS oleh guru relatif terbatas. Guru harus menyampaikan begitu banyak mata pelajaran kepada siswa. Maka sangat tidak mungkin terjadi komunikasi intensif antara guru dan siswa.
- Komunikasi antara guru dan siswa di sekolah lebih bersifat formal dan terjadi dalam lingkungan pembelajaran di kelas. Jika modul sudah didiskusikan, tidak akan ada lagi dialog antara guru dan siswa mengenai suatu masalah. Kondisi ini tentu tidak ideal untuk pendalaman ilmu dan perubahan sikap dan perilaku.
- Waktu anak di sekolah dibatasi hanya sekitar 6 jam sehari. Pemberian informasi yang berlebihan di sekolah juga tidak berdampak positif bagi peningkatan pengetahuan mereka. Sebaliknya, sulit juga untuk memperpanjang sesi PKRS yang juga harus dibagi dengan mata pelajaran lain.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa orang tua masih menjadi tempat bagi remaja untuk bercerita dan berbicara hal-hal yang bersifat pribadi selain teman atau sahabat. Hasil-hasil penelitian ini menjadi perhatian bagi YGSI dalam mengisi kesenjangan program, yaitu melalui perluasan jalur lain diluar sekolah sebagai tambahan akses bagi siswa-siswa. Perluasan ini berfungsi sebagai penguat, bukan pengganti, agar upaya pemberian informasi kepada remaja usia 10-14 tahun dapat lebih optimal.
Menyadari tantangan penyampaian PKRS melalui jalur pendidikan formal, YGSI bersama para pakar serta pemangku kepentingan program remaja menyimpulkan bahwa penyampaian PKRS perlu diperluas melalui jalur lain di luar sekolah, khususnya memberdayakan peran keluarga dalam membantu memahami materi-materi tersebut. Perluasan ini berfungsi sebagai penguat, bukan pengganti, agar upaya pemberian informasi kepada remaja usia 10-14 tahun dapat lebih optimal.
Sejak tahun 2023, YGSI melalui program Power to You(th) telah melaksanakan serangkaian uji coba untuk menghubungkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (PKRS) di sekolah bagi remaja usia 10-14 tahun dengan keterlibatan keluarga. Pada Mei 2023, YGSI bersama Universitas Gadjah Mada, BKKBN, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mendiskusikan data relevan dan mengembangkan materi berdasarkan modul SETARA dan KOMPAK untuk memperkaya materi BKR yang digunakan oleh BKKBN, agar lebih mudah dipahami oleh orang tua. Selain itu, strategi penyampaian pesan, serta rencana monitoring dan evaluasi juga disusun. Pada tahun 2024, program ini akan dilanjutkan dengan penyesuaian anggaran, dimulai dengan finalisasi materi, pengembangan silabus pelatihan fasilitator, dan rancangan monitoring-evaluasi. Program ini akan dilaksanakan di Kabupaten Garut dan Lombok Timur, dan untuk itu, studi baseline diperlukan untuk mengukur kondisi awal dan tantangan dalam penyampaian PKRS, terutama melalui peran orang tua.
Tujuan Kegiatan
Tujuan Umum
Mendapatkan data dasar yang dapat digunakan untuk memantau dan menilai kemajuan serta efektivitas upaya tambahan pendidikan kesehatan reproduksi melalui dukungan dan keterlibatan aktif keluarga. Diharapkan setelah mendapatkan data dasar, pengukuran pengetahuan dan keterampilan kesehatan reproduksi remaja usia 10-14 tahun dapat diukur dan dibandingkan dengan remaja yang tidak mendapatkan keterlibatan serupa. Selain itu, kegiatan monitoring akan dilakukan untuk memantau pelaksanaan uji coba lapangan, memastikan kegiatan berjalan sesuai rencana, serta memverifikasi pencapaian target yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup Pekerjaan
Melaksanakan studi baseline untuk mengidentifikasi kondisi awal serta tantangan dalam penyampaian materi PKRS di luar sekolah melalui keterlibatan orang tua.
Melaksanakan studi baseline untuk mengidentifikasi kondisi awal serta tantangan dalam penyampaian materi PKRS di luar sekolah melalui keterlibatan orang tua, dan kegiatan monitoring untuk memantau pelaksanaan uji coba lapangan guna memastikan efektivitas program PKRS dalam mendukung pendidikan kesehatan reproduksi remaja.
- Keluaran yang diharapkan
- Inception report studi baseline;
- Rekaman setiap sesi wawancara dan FGD yang dilakukan;
- Rangkuman transkrip wawancara dan sesi FGD;
- Catatan lapangan mengenai pelaksanaan kerja lapangan (termasuk faktor pendukung dan penghambat selama kerja lapangan, catatan observasi);
- Laporan studi baseline yang menggambarkan kondisi awal pengetahuan, sikap, dan tantangan yang dihadapi dalam keterlibatan orang tua dalam pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS) di luar sekolah;
- Laporan monitoring.
Durasi
Desember 2024 – Februari 2025
Kualifikasi dan pengetahuan khusus, pengalaman dan keterampilan yang dibutuhkan:
- Gelar magister dalam bidang yang relevan, mis. studi pembangunan, ilmu sosial, kedokteran, kesehatan masyarakat;
- Rekam jejak yang terbukti dalam studi baseline proyek yang kompleks, dengan perhatian khusus pada pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas;
- Pengalaman dalam pengembangan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas untuk orang tua;
- Pemahaman yang kuat tentang konteks sosial, politik, dan budaya di Indonesia, terutama Garut dan Lombok Timur;
- Minimal 10 tahun pengalaman kerja yang relevan dengan organisasi masyarakat sipil atau lembaga penelitian, dan pengalaman bekerja dengan komunitas rentan, termasuk pemuda, perempuan dan anak perempuan;
- Rekam jejak yang terbukti dalam memfasilitasi studi baseline dan pengumpulan data kuantitatif;
- Bersedia untuk melakukan perjalanan dalam negeri.
- Bagaimana cara mendaftar