Dengan cukup banyaknya kasus kekerasan seksual saat ini, penting buat kamu untuk memahami apa yang biasa disebut dengan ‘consent’ atau ‘persetujuan’ dari sebuah aktifitas atau perilaku seksual. Pada hubungan pacaran atau pernikahan, pemahaman yang baik mengenai consent dapat mencegah terjadinya kekerasan dalam hubungan.
Jadi, consent adalah kata dalam bahasa Inggris yang artinya persetujuan. Dalam konteks aktifitas seksual, tanpa adanya consent dari salah satu pihak secara sadar maupun tak sadar (misalnya saat tidur atau mabuk), maka pihak lain yang terlibat tidak boleh memaksakan aktivitas tersebut. Consent harus dimiliki dari semua pihak yang terlibat dalam sebuah hubungan, bahkan antara suami dan istri sekalipun. Mengapa? Sebab seyogyanya, aktifitas seksual seharusnya dinikmati oleh kedua belah pihak untuk itu diperlukan consent atau persetujuan keduanya, bukan hanya salah satu saja.
Lalu bagaimana cara menyampaikan bahwa kamu sudah atau tidak memberikan consent? Nah, yang sering disalahpahami adalah consent dianggap dapat ditunjukkan melalui asumsi, gestur tubuh, atau reaksi biologis seseorang.
Padahal yang dimaksud dengan consent adalah pernyataan jelas dari pihak terkait mengenai persetujuan mereka terlibat suatu aktivitas dalam hubungan. Hal ini bisa berupa jawaban jelas yang terucap misalnya “iya” atau “oke” atau “boleh” dari kamu atau pasanganmu. Atau jika kamu atau pasanganmu enggak memberikan consent, ucapan seperti “enggak” atau “enggak boleh”. Selain dari ucapan yang jelas itu, enggak bisa dianggap sudah memberi consent loh.
Ingat, penyampaian consent harus jelas lewat kata-kata, sehingga tidak ada interpretasi berbeda yang bisa salah ditangkap pasanganmu. Inilah kenapa consent sangat penting untuk diketahui dan diterapkan dalam hubungan. Soalnya, tanpa itu hubungan menjadi penuh kontrol dan kekuasaan sehingga dapat mengarah pada bentuk kekerasan.
Tentunya kamu enggak ingin mengalaminya, kan?