SobatASK, ketika terjadi kekerasan seksual, sering kali muncul narasi yang menyalahkan pakaian yang dikenakan korban sebagai pemicu tindakan tersebut.
Duh, rasanya nggak ada empatinya sama sekali, yah. Pemikiran seperti ini merugikan dan mendiskreditkan korban, serta mengalihkan perhatian kita dari kesalahan pelaku. Padahal, pelecehan seksual adalah bentuk kekerasan yang sepenuhnya tanggung jawab pelaku.
Nah, kenapa sih masih ada yang percaya bahwa pakaian korban bisa memicu kekerasan seksual?
Dalam masyarakat yang patriarkal, ada kecenderungan untuk mengontrol tubuh dan perilaku perempuan. Pakaian dianggap sebagai penanda moralitas dan kesopanan yang seolah-olah memvalidasi atau menghindarkan perempuan dari kekerasan. Berdasarkan sudut pandang ini, ketika korban menggunakan pakaian yang tidak sesuai standar moralitas masyarakat, maka inilah penyebab korban mengalami kekerasan seksual. Pemikiran ini sangat berbahaya loh, seakan-akan memberikan peluang bagi pelaku untuk boleh tidak bertanggung jawab secara moral dan boleh-boleh saja tidak memiliki kontrol atas hasrat seksualnya.
SobatASK, kekerasan seksual tidak mengenal jenis pakaian, waktu, atau tempat. Korbannya bisa siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, terlepas dari apa yang mereka kenakan. Studi dan data menunjukkan bahwa pelecehan seksual terjadi di berbagai situasi dan lingkungan.
Anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia, baik laki-laki maupun perempuan, bisa menjadi korban. Berbagai penelitian juga mengungkapkan bahwa jenis pakaian yang dikenakan korban sangat bervariasi, mulai dari pakaian tertutup hingga pakaian santai. Fakta ini mempertegas bahwa pakaian yang dikenakan tidak ada hubungannya dengan terjadinya pelecehan seksual.
Bagaimana kita harus bersikap jika mendengar kejadian kekerasan seksual?
SobatASK, penting bagi kita keluar dari cara berpikir yang menghakimi korban kekerasan seksual. Coba deh refleksi, apakah karena cara berpakaian, seseorang berhak untuk dilecehkan? Dibanding mempertanyakan “Apa pakaian yang dia pakai?” mulailah bertanya “Mengapa ada orang yang tega melakukan pelecehan?” Kita harus fokus melihat kasus kekerasan seksual pada tindakan dan keputusan si pelaku. Tak lupa, kita juga harus berempati kepada korban. Mereka perlu didukung, dipercaya, dan diberi ruang untuk bercerita tanpa rasa takut akan disalahkan atau dinilai.
SobatASK, perilaku menyalahkan korban tentunya memberikan mereka dampak psikologis yang mendalam. Saat seorang korban dihakimi berdasarkan pakaiannya, hal itu menambah beban trauma yang sudah mereka rasakan. Rasa malu, bersalah, dan takut bisa menjadi semakin parah, sehingga menghambat proses pemulihan. Penghakiman semacam ini akan membuat korban bungkam dan memperpanjang rantai kekerasan. Lingkungan yang berpihak pada korban sangat penting untuk membantu mereka pulih dari pengalaman traumatis.
Apa sih yang bisa kita lakukan untuk mendukung korban dan mengubah narasi yang menyalahkan korban?
- Edukasi diri dan orang lain tentang apa itu kekerasan seksual dan bagaimana dampaknya terhadap korban.
- Berani berbicara dan melawan ketika mendengar komentar atau pendapat yang menyalahkan korban.
- Memberikan dukungan moral dan emosional kepada korban, dengan mendengarkan tanpa menghakimi dan membantu mereka mengakses layanan bantuan jika diperlukan.
- Lindungi seluruh identitas korban dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
Korban membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya untuk pulih dari trauma
Dengan perspektif yang lebih empati dan dukungan yang kuat, kita bisa membawa perubahan positif dalam cara kita memandang dan menangani kasus kekerasan seksual. Mari bersatu dalam keberpihakan pada korban dan penyintas kekerasan, karena mereka layak untuk didengar, didukung, dan diperlakukan dengan hormat, adil dan bermartabat.