Kekerasan punya beragam bentuk mulai dari kekerasan fisik, psikis, verbal, seksual, hingga struktural. Jika ditilik berdasarkan korban dan ruang lingkupnya, ada kekerasan dalam pacaran, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS), hingga Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).
Segala bentuk kekerasan ini enggak bisa diselesaikan hanya dengan upaya individu saja. Untuk menghapuskan kekerasan yang mengakar kuat di budaya kita ini perlu didukung oleh sistem yang komprehensif, juga aturan perundang-undangan negara yang tegas.
Meski begitu, bukan berarti kamu enggak bisa berbuat sesuatu. Keterlibatan anak muda alias para remaja juga penting dalam memutus rantai kekerasan. Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk membantu menghentikan tindak kekerasan.
- Membekali diri dengan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi (kespro) yang komprehensif
Remaja perlu membekali diri dengan pendidikan kespro secara utuh dan benar. Mulai dari pengetahuan tentang organ-organ seksual, reproduksi, identitas dan peran gender, termasuk memahami nilai-nilai, mengenai keluarga, hingga kekerasan seksual. Dengan pemahaman yang utuh tentang kesehatan seksual dan reproduksi, remaja dapat lebih menghargai dirinya sendiri dan orang lain.
- Memiliki pengetahuan atau wawasan seputar tindak kekerasan
Selain pendidikan kespro, remaja juga perlu memiliki wawasan seputar kekerasan, misalnya; bentuk-bentuk kekerasan, hal apa saja yang memicu seseorang untuk melakukan kekerasan, dampak negatif bagi korban, hingga cara menghadapi kekerasan.
Hal ini bertujuan agar generasi muda memiliki kesadaran untuk enggak melakukan kekerasan dan tahu apa yang harus dilakukan jika mengalami kekerasan.
- Selalu berlaku baik dan saling menghargai antar teman
Saling menghargai adalah dasar dari pertemanan yang sehat. Pertemanan sehat adalah sebuah hubungan persahabatan yang didasari rasa saling menghormati, kejujuran, dan saling mendukung – saling membantu ketika ada yang menghadapi masalah, dan saling merayakan ketika ada yang mengalami keberhasilan, yang idealnya pertemanan ini menjadikan kita pribadi yang lebih baik, bukan sebaliknya.
- Dapat menjadi bystander yang aktif dan berani mengambil tindakan
Bystander merupakan seseorang yang menyaksikan tindakan kekerasan. Remaja harus berani melakukan intervensi ketika melihat kekerasan yang terjadi.
Jika kekerasan terjadi di dunia digital, maka remaja dapat mengambil peran sebagai bystander aktif yang menyangkal komentar pelaku pelecehan, meminta pelaku untuk berhenti melakukan kekerasan, atau meminta bantuan orang dewasa untuk ikut menghentikan kekerasan tersebut. Intinya, laporkan setiap perilaku kekerasan sekecil apapun.
- Enggak menyalahkan diri sendiri ketika menjadi korban kekerasan
Kenali perasaanmu jika kamu adalah korban kekerasan. Merasa sedih dan terpuruk itu wajar, tapi jangan sampai menyalahkan diri sendiri. Ketika kamu menjadi korban kekerasan, khususnya kekerasan seksual, maka ingat jika itu bukan kesalahanmu sebagai korban, melainkan sepenuhnya merupakan kesalahan pelaku.
Beranikan diri untuk bicara kepada orang dewasa yang kamu percaya, ya!
Nah, melalui beberapa hal di atas, kamu sudah turut berperan dalam pencegahan kasus kekerasan. Jangan pernah memberikan toleransi kekerasan yang terjadi di sekitar kita, baik itu kekerasan fisik maupun verbal, psikis maupun seksual.
Sumber:
https://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jllpaud/article/download/407/299/
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat/article/download/11833/6716
https://menara62.com/peran-generasi-milenial-untuk-melindungi-anak-dari-kekerasan-seksual
https://www.roojai.co.id/article/gaya-hidup-kesehatan/pertemanan-sehat/