Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang terjadi pada perempuan di usia subur atau yang sudah mengalami menstruasi. Namun, kehamilan pada perempuan di bawah usia 20 tahun, memiliki risiko yang lebih besar terhadap kesehatannya maupun janin yang dikandungnya. Usia remaja dianggap belum siap secara fisik maupun mental untuk dapat melahirkan dan merawat bayi dan enggak jarang justru membawa dampak buruk.
Saat ini banyak kasus kehamilan yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, perilaku seksual sebelum menikah, hingga menjamurnya konten pornografi di dunia digital, termasuk masih diyakininya norma-norma sosial di masyarakat terkait perkawinan anak. Miris sekali jika seusia remaja yang harusnya fokus mencari ilmu dan mencapai cita-cita yang setinggi langit, malah harus putus sekolah karena hamil di luar nikah dan harus mengurus anak di rumah.
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan supaya terhindar dari perilaku seksual berisiko hingga berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan.
- Bekali diri dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas (kespro) ini enggak hanya berkaitan dengan hubungan seksual lo, tapi juga mengacu pada kondisi kesehatan yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Termasuk juga memahami proses kehamilan dan mencegah kehamilan yang enggak diinginkan.
Dengan belajar kespro, kamu akan bisa menghindari kesalahan informasi seputar kespro yang bisa memicu praktik berbahaya dan perilaku seksual yang berisiko. Kesalahan informasi ini misalnya anggapan bahwa kehamilan enggak akan terjadi jika hanya melakukan sekali hubungan seksual, atau petting (menggesekkan bagian sensitif tubuh) itu enggak bikin hamil. Ini salah kaprah, ya!
- Punya batasan dalam berhubungan dengan lawan jenis atau pacaran
Hubungan pacaran yang sehat itu perlu batasan. Kamu harus punya prinsip dan privasi yang bisa kamu tentukan sendiri, terutama soal kontak fisik. Jangan mentang-mentang sudah pacaran, maka pasanganmu berhak mengatur segalanya.
Tegaskan apa yang boleh dilakukan dan apa yang enggak boleh dilakukan saat kamu dan pasangan melakukan kontak fisik. Kalau kamu merasa pasanganmu sudah kelewatan, jangan ragu untuk menegur atau bahkan menghindar.
- Jauhi teman-teman atau pacar yang toxic
Teman atau pacar yang toxic biasanya enggak tulus berteman atau berpacaran sama kamu. Mereka seringnya cuma memanfaatkan kamu aja untuk menuruti kemauannya. Karena enggak mau dijauhi atau diputusin, kamu biasanya akan nurut-nurut aja.
Nah, kehamilan di kalangan remaja sering disebabkan karena anggapan bahwa melakukan hubungan seksual adalah satu-satunya cara untuk membuktikan rasa sayang dan cinta ke pasangan. Ini juga salah kaprah, ya! Kalau kamu punya teman atau pacar yang suka ngomporin begini, mending segera jauhi.
- Membangun konsep diri yang positif
Konsep diri berkaitan dengan seberapa baik remaja mengenal dirinya. Nah, remaja yang enggak tahu siapa dirinya akan berusaha mencari identitas diri dengan cara mencoba berbagai hal, yang terkadang tanpa dia sadari, membahayakan dirinya sendiri. Konsep diri yang positif akan membuat remaja berpikir bahwa dirinya dan masa depannya terlalu berharga untuk melakukan hal-hal berisiko, termasuk melakukan hubungan seksual berisiko sebelum menikah.
Belajarlah mencintai diri sendiri, sadar akan kelebihan dan kekurangan diri, melakukan aktivitas positif dan membantu orang lain.
Jika kamu menerapkan cara-cara di atas dan mau membangun komunikasi yang positif dengan keluarga, niscaya kamu akan terhindar dari perilaku seksual berisiko yang dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Sumber: