[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”DENGAR”]
Pergi ke klinik atau puskesmas untuk memeriksakan kesehatan reproduksi memang gampang-gampang susah. Percaya deh, kamu bukan satu-satunya anak muda yang takut ditanyain macam-macam dan takut canggung pas datang ke puskesmas dan minta dites HIV. Sebelumnya, kami sudah pernah kasih tips saat ke klinik untuk pertama kalinya dan hal-hal yang kami pelajari setelah datang ke klinik untuk pertama kali.
Sekarang, kami mau mengulas salah satu puskesmas di daerah Jakarta Selatan, yang saat itu kami jadikan tempat untuk tes kesehatan reproduksi. Kabar baiknya, karena ini puskesmas, harusnya layanan yang mereka sediakan sama untuk seluruh Jakarta. Harusnya, lho.
Jadi, bagaimana kesimpulan dari perjalanan kami?
1. Pelayanan
Ketika kami telepon dan bilang kami mau tes kesehatan reproduksi, yang menerima telepon terdengar bingung dan nanyain siapa kami. Mungkin dikiranya ada anak-anak kurang kerjaan yang iseng nelponin puskesmas.
Mereka baru paham ketika kami bilang kami mau tes HIV, tes syphillis alias rajasinga, dan sebagainya. Setelah itu, operatornya masih nanya lagi kenapa kami mau tes. Kebanyakan infeksi menular seksual yang disebut di atas memang biasanya baru diperiksakan ke dokter begitu ada keluhan–jadi mereka rada bingung saat kami bilang kalau kami mau cek kesehatan untuk pencegahan saja.
SARAN KAMI, kalau kamu telepon puskesmas, bilang saja kamu mau tes HIV. Tes untuk infeksi menular seksual lainnya bisa menyusul atau dibikin sepaket. Dengan pengecualian, kalau kamu memang sudah ada keluhan atau gejala infeksi menular seksual.
2. Birokrasi
Apakah daftarnya ribet? Apakah kami harus isi formulir segepok dan kasih uang biaya administrasi yang mahal?
Ternyata enggak, lho. Kamu datang ke loket pendaftaran, kasih KTP, bayar uang administrasi cuma lima ribu rupiah, lalu kamu ambil tiket antre dan datang ke poliklinik yang kamu tuju. Serius, segampang itu. Kamu enggak perlu mengisi formulir yang ribet atau antre berjam-jam. Kalau kamu datang di jam yang kebetulan sepi, semua urusan pendaftaran bisa beres dalam waktu sepuluh menit.
Di puskesmas yang kami datangi, poliklinik yang khusus menangani kesehatan reproduksi dan NAPZA dinamai Poli Sahabat. Menurut pengakuan dokter yang kami ajak ngobrol di sana, semua puskesmas di DKI Jakarta sekarang wajib menyediakan layanan serupa. Tapi, nama poliklinik khusus kesehatan reproduksi di puskesmas terdekat dengan rumah kamu mungkin bukan Poli Sahabat. Baiknya kamu tanya-tanya dulu via telepon sebelum mampir ke sana.
3. Ketemu Dokter
Kamu pasti bakal ditanya soal keluhan. Ternyata, puskesmas hanya menyediakan tes screening atau deteksi dini untuk infeksi HIV dan rajasinga atau syphillis, karena dua penyakit itulah yang berbahaya dan tidak menunjukkan gejala apa pun sampai terlambat. Sedangkan, penyakit menular seksual lain seperti gonorrhea, chlamydia, dan lain-lain biasanya baru bisa dideteksi dan diobati setelah menunjukkan gejala.
Pemeriksaan untuk HIV dan rajasinga ternyata lebih nyaman dari yang kami kira. Sebelum mulai, dokternya memberi kami informasi yang lengkap tentang apa itu HIV, bagaimana cara mencegah infeksi menular seksual, dan kenapa kita perlu menjaga kesehatan reproduksi. Biasanya, informasi seperti ini banyak yang dipotong-potong dan disensor karena dianggap tabu, tapi enggak di sini. Dokternya terbuka, baik, dan sabar meladeni pertanyaan-pertanyaan kami.
Oh ya, ini penting: polikliniknya ber-AC dan AC-nya beneran dingin.
4. Pemeriksaan
Tergantung apa keluhanmu, pemeriksaannya bakal berbeda-beda. Untuk beberapa jenis infeksi menular seksual, misalnya, dokter akan mengambil sampel cairan dari alat kelaminmu untuk diuji dan dilihat di laboratorium. Kalau hasilnya positif, artinya kamu terkena infeksi menular seksual dan kamu perlu minum obat.
Tapi, untuk screening HIV dan rajasinga, semuanya gratis dan ditanggung pemerintah. Untuk obat-obat lain jika perlu, juga bisa ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)–termasuk obat HIV.
Tes HIV dan rajasinga juga enggak ribet, kok. Setelah dari klinik dan dapat informasi dari dokternya, kamu akan dikasih surat untuk dibawa ke laboratorium. Di laboratorium, kamu antre untuk diambil darah (biasanya dengan jarum suntik), dan darah itulah yang nantinya akan diuji untuk tes HIV dan rajasinga. Masalahnya cuma satu: kami benci jarum suntik.
Tapi selebihnya, gampang kok.
5. Setelah Itu
Perlu waktu setidaknya satu hari kerja sebelum hasil tes kamu keluar. Kami tes pada hari Jumat sore, jadi hari Senin pagi-pagi kami ke puskesmas lagi untuk mengambil hasilnya.
Setelah itu, kamu bisa ngobrol lagi dengan dokter untuk menentukan kapan kamu perlu tes HIV dan rajasinga lagi. Sebenarnya, semua tergantung pada perilakumu sendiri–kalau kamu sekarang sudah pasti enggak terpapar HIV dan syphillis, tapi kamu malah lanjut berhubungan seks tanpa kondom setelah tes, ada kemungkinan kamu terpapar dan perlu tes lagi dalam waktu dekat. Tapi, kalau kamu menghindari perilaku seksual berisiko, satu tes ini biasanya cukup.
Enggak susah dan enggak ngeri, kan? Makanya, cepetan tes kesehatan reproduksi di klinik terdekat. Mampir saja ke Direktori Layanan kami untuk mencari klinik ramah remaja di sekitarmu!