Konseling laki-laki merupakan bagian besar dari intervensi yang dilakukan oleh berbagai women crisis center di Indonesia.
Pada tahun 2012, Rutgers dan Mosaic South Africa mengadakan Training of Trainers on Male Counseling yang menggunakan Toolkit for Men sebagai panduannya. Toolkit tersebut adalah modul konseling kepada laki-laki pelaku kekerasan dalam rumah tangga yang disusun oleh Rifka Annisa, WCC Bengkulu, bersama dengan Mosaic South Africa, dengan dukungan dari Rutgers.
Setelah enam tahun, para trainers kini telah menjadi ahli dalam konseling laki-laki dan telah berhasil melatih para konselor yang berasal dari berbagai institusi, seperti konselor, pekerja sosial, petugas kepolisian, petugas kesehatan, dan psikolog. Akan tetapi, perjalanan konseling laki-laki selama 6 tahun juga bukan tanpa hambatan. Berbagai perubahan konteks seperti timbulnya konservatisme dan fundamentalisme yang menguatkan peran gender tradisional memberi dampak kepada HKSR dan kekerasan berbasis gender. Terdapat kecenderungan semakin tingginya kekerasan seksual di masyarakat.
Untuk itu, Prevention+ mengadakan Refreshment TOT on Male Counseling, dengan mengundang beberapa alumni pelatihan sebelumnya dan juga mengundang konselor dan trainers baru yang dapat menjadi trainer konseling laki-laki pada masa depan. Pada pelatihan ini, peserta kembali diingatkan mengenai Hak dasar perempuan seperti HAM dan Hak Seksual serta kembali ditingkatkan kapasitasnya untuk membawakan materi dan memfasilitasi sesi pelatihan. Selain itu, pada pelatihan kali ini, Prevention+ mengundangang beberapa institusi yang sudah banyak mengimplementasikan program di Lembaga Pemasyarakatan dan menjalankan konseling, seperti Sahabat Perempuan dan Anak Indonesia (SAPA Indonesia), Yayasan Setara, dan Sahabat Kapas. Harapannya, institusi-institusi tersebut dapat membantu mempertajam pengimplementasian konseling laki-laki pelaku kekerasan di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang akan segera diuji coba pada tahun 2018 ini.