Fenomena bunuh diri di kalangan remaja tiap tahun meningkat. Bukti bahwa masalah kesehatan jiwa remaja tidak bisa dianggap remeh.
Sobat Remaja, pernahkah kamu dalam kondisi merasa sendirian? Merasa tidak didengar oleh orang di sekitar? Merasa selalu dianggap remeh dan di-bully oleh teman-teman? Bahkan merasa bahwa tidak ada lagi yang mau menerima kita?
Kalau Sobat Remaja sedang ada dalam kondisi seperti ini, artinya kamu perlu segera curhat dan konsultasi. Sssttt jangan malu-malu untuk langsung hubungi sobatask.id ya!
Kenapa? Karena kondisi tersebut di atas jelas bukan masalah remeh temeh. Masalah-masalah tersebut kian menjadi semakin rumit jika tidak diselesaikan. Bahkan berujung pada bunuh diri.
Banyak orang yang menyepelekan bunuh diri, menganggap bahwa pelakunya adalah seorang pengecut yang mengakhiri hidup karena enggak mampu menyelesaikan masalah. Malah ada juga yang bilang kalau bunuh diri adalah jalan orang yang mau kabur dari permasalahan. Mending kita pahami lebih dalam kuy daripada menghakimi.
Bunuh diri adalah fenomena sosial yang ada di sekitar kita. Penyebabnya banyak banget, dan jelas enggak bisa dianggap remeh.
Sobat Remaja mungkin masih ingat awal tahun lalu kita kembali dikejutkan dengan berita SN (14) siswi salah satu SMP di Jakarta yang melakukan bunuh diri dengan melompat dari lantai 4 sekolahnya. Motif bunuh diri SN masih diselidiki, namun berbagai dugaan menunjukkan SN menjadi korban bullying (perundungan) di sekolah.
Kasus lainnya terjadi pada Maret lalu. D (13) Siswi salah satu SMP Negeri di Kediri, Jawa Timur mengaku mengalami perundungan di sekolahnya. Akibatnya, D mengalami depresi dan mengutarakan ingin bunuh diri. Selain itu, pada akhir Oktober, seorang siswa SMP di Tarakan, Kalimantan Utara melakukan bunuh diri di kamar mandi tempat tinggalnya. Siswa tersebut memutuskan mengakhiri hidupnya karena banyaknya tugas daring dari sekolah yang belum dikerjakannya.
Organisasi Kesehatan Dunia – World Health Organization (WHO) punya data nih Sobat Remaja, bahwa sebanyak lebih dari 804.000 orang per tahun meninggal akibat bunuh diri (WHO, 2014). Sobat Remaja bisa bayangkan, satu orang meninggal setiap 40 detik. Fakta ini adalah alarm pengingat bagi kita semua untuk peduli dengan diri sendiri dan sekitar kita. Heemm…
Lalu bagaimana dengan di Indonesia ya? Sobat Remaja, ternyata Indonesia memiliki data yang cukup fantastis nih berhubungan dengan bunuh diri. Sebanyak 9.106 orang meninggal akibat bunuh diri pada tahun 2012, sedangkan sebanyak 8.580 orang meninggal akibat bunuh diri pada tahun 2016 (estimasi antara 7.800 sampai 10.300 kematian di tahun 2016).
Nah dari data ini, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat bunuh diri ke-6 di Asia.
Kalau kita lihat sekilas angkanya mengalami penurunan kan ya Sobat Remaja. Tapi diperkirakan jumlah sebenarnya orang yang meninggal karena bunuh diri di Indonesia lebih tinggi, karena Indonesia tidak memiliki sistem pencatatan kematian bunuh diri. Duh, sangat disayangkan ya. Padahal dari beberapa kasus, bunuh diri salah tercatat sebagai kecelakaan atau sengaja tidak dicatat sebagai bunuh diri karena khawatir akan stigma dan penolakan masyarakat terkait dengan bunuh diri (Into The Light, 2019).
Penyebab
Apa sih penyebab bunuh diri? Banyak ahli berpendapat bahwa bunuh diri disebabkan oleh gabungan berbagai faktor yaitu biologis, psikologis dan sosial yang super ribet alias kompleks banget. Bisa dibilang faktor penyebab bunuh diri bukan cuma satu penyebab doang. Pertama, faktor biologis yakni terkait dengan tubuh manusia yang bereaksi atas kondisi fisiologis, biokimiawi dan genetik. Kedua, faktor psikologis fokusnya pada kesadaran pikiran, kondisi pikiran dan perasaan. Ketiga, faktor sosial yang terkait dengan lingkungan, interaksi dengan orang lain atau hubungan sosial. Masih ada lagi faktor lainnya yaitu situasi politik, ekonomi dan budaya.
Mulai dari membuat keputusan penting dalam pendidikan, keluarga maupun pertemanan. Remaja juga menghadapi tantangan untuk membangun identitas diri, self esteem, kemandirian, tanggung jawab dan hubungan personal.
Masalahnya kian berat ketika remaja juga menghadapi harapan-harapan yang tinggi dari keluarga dan teman sebaya. Nah kita sadari atau tidak, hal tersebut bisa menimbulkan stres, perasaan enggak berdaya, enggak aman sampai kehilangan kendali. Sobat Remaja ngerasa enggak sih tekanan-tekanan ini menjadikan kita sulit jadi diri kita sendiri?
Sosiolog asal Perancis Emile Durkheim (1858-1917) pernah melakukan kajian fenomena bunuh diri dalam ranah sosiologi untuk pertama kalinya. Menurutnya, tindakan bunuh diri yang dilakukan individu dalam masyarakat disebabkan oleh dua faktor yaitu terlampau lemah atau kuatnya integrasi sosial di masyarakat tersebut (Samuel, 2010).
Jadi masyarakat berpengaruh ya kepada perkembangan remaja? Iya banget!
Pada masyarakat yang integrasi sosialnya lemah – individualistik – setiap individu di dalamnya seperti menanggung beban hidup sendiri, tanpa teman atau tempat berbagi. Arti sederhananya, “lo lo.. gue gue..”. Saking terlalu individualnya, mau curhat aja susah sampai akhirnya memendam sendiri. Kultur semacam ini ada di negara-negara eropa dan beberapa negara asia.
Di sisi lain, ada pula fenomena bunuh diri akibat terlalu kuatnya integrasi sosial. Seperti apa itu integrasi sosial yag menguat? Masyarakat melakukan pengekangan berlebihan kepada individu di dalamnya. Individu serasa dikuasai penuh oleh lingkungan sosialnya, tidak dapat berbuat banyak untuk menghindarinya. Nah, Sobat Remaja ngerasa enggak sih kultur begini nih yang kita hadapi di Indonesia. Omongan tetangga lebih tajam dari silet. Kultur ngegosipin orang lain juga menjalar deh sampai media sosial. “Sabda netizen” seolah paling benar. Mereka enggak sadar kalau orang yang diomongin sampai stres karenanya.
Kesehatan Jiwa Remaja
Sobat Remaja tahukah kamu bahwa bunuh diri erat kaitannya dengan kesehatan jiwa seseorang?
Dengan sehatnya jiwa, kita dapat menggunakan kemampuan diri dengan maksimal dan menjalankan hidup yang penuh tantangan. Juga, menjalin hubungan yang positif dengan orang lain.
Namun sangat disayangkan lagi nih Sobat Remaja, masalah kesehatan jiwa masih kurang menjadi perhatian di Indonesia. Meskipun terjadi peningkatan angka kasus percobaan bunuh diri dan meninggal karena bunuh diri. Jumlah dokter spesialis kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan jiwa yang minim dianggap sebagai salah satu penyebabnya. Sungguh, perkara rumit ini.
Benny Prawira Pendiri Komunitas Pencegahan Bunuh Diri Into The Light mengatakan bahwa orang-orang yang punya pemikiran bunuh diri tidak harus punya depresi, tidak harus didahului dengan gangguan jiwa. Tapi gangguan jiwa akan meningkatkan pemikiran untuk bunuh diri berkali-kali lipat (BBC Indonesia, 2020).
Maka penting untuk membangun dukungan sosial (social support), misalnya di sekolah. Serangkaian pembelajaran jarak jauh ketika pandemi menjadi salah satu yang berpotensi membuat remaja menjadi stres, hingga berujung pada bunuh diri. Nah, penting nih bagi pihak sekolah untuk mengetahui kondisi siswanya. Bisa dilakukan dengan skrining kondisi perkembangan siswanya dan konsultasi bulanan, juga berkomunikasi dengan murid dan orang tuanya. Sekolah sangat perlu membiasakan pembicaraan terkait hal-hal yang mengguncang kondisi kejiwaan siswa. Nah bagi Sobat Remaja yang jenuh tentang hal-hal di sekolah juga bisa langsung dikomunikasikan dengan guru terkait dan orang tua ya.
Nah makin jelas kan ya Sobat Remaja, jadi kita semua harus berbagi peran nih dalam melakukan pencegahan bunuh diri terhadap orang-orang di sekitar kita. Keluarga, guru dan masyarakat berperan untuk menanamkan nilai kesehatan jiwa sejak awal kehidupan anak dengan membuka komunikasi intensif dan setara. Pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas juga harus ditingkatkan mutunya sehingga mampu mengidentifikasi, mengelola dan merujuk orang yang memiliki risiko tinggi untuk bunuh diri. Pemerintah juga punya peer nih untuk menambah jumlah tenaga ahli profesional dalam menangani masalah kesehatan jiwa.
Lalu gimana nih kalau Sobat Remaja atau orang di sekitarmu membutuhkan bantuan pencegahan bunuh diri?
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan kita yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat seperti :
Nah Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia (World Suicide Prevention Day) pada 10 September dan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (World Mental Health Day) 10 Oktober menjadi momentum kita bersama untuk sadar akan kesehatan jiwa diri dan orang sekitar. Selain itu juga menguatkan komitmen untuk bersama-sama mencegah bunuh diri terjadi di negara kita tercinta. Kuy sabi!
Jika kamu perlu berbicara dengan seseorang, jangan ragu untuk menghubungi konselor-konselor kami di http://sobatask.id/servis/
Karena kamu tidak sendirian!
Penulis : Ryan A. Syakur
Editor : Restri & Dewi
Glosarium
Depresi : Suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang.
Integrasi Sosial : proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
Kesehatan Jiwa : Suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain”. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain.
Self Esteem (harga diri) : Penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Referensi
BBC.com. 2019. Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: ‘Saya merasa benar-benar sendiri hingga sempat ingin bunuh diri’. Diakses melalui: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49987127
BBC.com. 2020. Penuturan remaja yang mencoba bunuh diri saat SMP: ‘Stigma kurang iman salah besar. Mereka tidak tahu betapa orang itu sudah berjuang’. Diakses melalui: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-51470180
BBC.com. 2020. Siswi SMP 147 bunuh diri di sekolah, KPAI: Hampir semua sekolah tak punya tim pencegahan perundungan. Diakses melalui: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51168802
CNN Indonesia. 2020. KPAI Sebut Siswa Bunuh Diri Diduga Banyak Tugas Selama PJJ. Diakses melalui: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201031194605-20-564467/kpai-sebut-siswa-bunuh-diri-diduga-banyak-tugas-selama-pjj
Into The Light. 2019. Bunuh Diri Sebagai Masalah Kesehatan Global: Data dan Fakta Terbaru. Diakses melalui: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/bunuh-diri-sebagai-masalah-kesehatan-global-data-dan-fakta-terbaru/
Into The Light. 2019. Hotline Bunuh Diri di Indonesia. Diakses melalui: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-bunuh-diri-di-indonesia/
Into The Light. 2019. Pertolongan Pertama Saat Menghadapi Pemikiran Bunuh DIri. Diakses melalui: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/menolong-diri-sendiri-dengan-pemikiran-bunuh-diri/
Klikdokter.com. 2018. Benarkah Bunuh Diri Selalu Berkaitan dengan Kesehatan Mental? Diakses melalui: https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3613539/benarkah-bunuh-diri-selalu-berkaitan-dengan-kesehatan-mental
Kompas.com. 2020. Hari Kesehatan Mental Sedunia: Apa Itu Kesehatan Mental dan Cara Menjaganya. Diakses melalui: https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/10/171200265/hari-kesehatan-mental-sedunia-apa-itu-kesehatan-mental-dan-cara-menjaganya?page=all
Kompas.com. 2019. Hari Kesehatan Mental Sedunia, Mari Peduli Sesama Cegah Bunuh Diri. Diakses melalui: https://sains.kompas.com/read/2019/10/10/200600123/hari-kesehatan-mental-sedunia-mari-peduli-sesama-cegah-bunuh-diri?page=all
Mata Mata Politik. 2020. Fenomena Bunuh Diri pada Remaja, Apa Solusinya? Diakses melalui: https://www.matamatapolitik.com/fenomena-bunuh-diri-pada-remaja-apa-solusinya-in-depth/
Merdeka.com. 2020. Siswi SMP di Ciracas Diduga Bunuh Diri, Guru dan Teman Diperiksa Polisi. Diakses melalui: https://www.merdeka.com/peristiwa/siswi-smp-di-ciracas-diduga-bunuh-diri-guru-dan-teman-diperiksa-polisi.html
Mojok.co. 2020. Kasus Bunuh Diri Siswa SMP, Depresi, dan Media Sosial yang Membuatnya Kompleks. Diakses melalui: https://mojok.co/ajr/ulasan/pojokan/kasus-bunuh-diri-siswa-smp-depresi-dan-media-sosial-yang-membuatnya-kompleks/
Nugroho, Wahyu Budi. 2012. Pemuda, Bunuh Diri dan Resiliensi: Penguatan Resiliensi sebagai Pereduksi Angka Bunuh Diri di Kalangan Pemuda Indonesia.
Samuel, Hanneman. 2010. Emile Durkheim: Riwayat, Pemikiran dan Warisan Bapak Sosiologi Modern, Kepik Ungu.
Zulaikha, Afrina. Bunuh Diri Pada Anak dan Remaja.
Mojok.co.