Bagikan Artikel ini
SobatASK - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Kamu Gak Sendirian!

3 Jenis Gender di Budaya-Budaya Tradisional

Yakin kalau waria, priawan dan identitas lainnya itu bikinan budaya modern? Jangan sampai salah sangka, ada banyak banget budaya tradisional di seluruh dunia yang mengenal gender-gender alternatif selain laki-laki dan perempuan. Termasuk Indonesia, lho!

Kenalan yuk!

 

1. Hijra

Negara-negara Asia Selatan, seperti India, Pakistan, dan Bangladesh, mengenal hijra, seseorang yang terlahir dengan jenis kelamin laki-laki, namun memiliki ekspresi gender yang lebih mendekati perempuan. Walau sekilas terlihat mirip dengan waria, rupanya sejarah hijra tidak sesederhana itu.

Seseorang yang transgender, waria, maupun kasim sama-sama disebut hijra. Tradisi ini telah ada selama ribuan tahun. Para hijra tercatat di naskah-naskah kuno seperti Mahabharata dan Kama Sutra, dan sangat berpengaruh dalam pemerintah Kerajaan Mughal.

Namun, para hijra dianggap menjijikkan oleh pemerintah Inggris yang menjajah India pada abad ke-19. Sejak saat itu, hijra mulai rutin menghadapi diskriminasi dan dipinggirkan dalam masyarakat. Kini, banyak hijra hidup sengsara dan harus menjadi pengemis atau pekerja seks untuk bertahan hidup.

Baru-baru ini, kelompok hijra mulai memperjuangkan lagi hak mereka. Akhirnya, negara-negara seperti India, Pakistan, dan Bangladesh mengakui keberadaan hijra sebagai gender ketiga, dan memberi pilihan ketiga untuk kolom jenis kelamin di paspor, formulir sensus, atau KTP. Tidak hanya laki-laki atau perempuan.

 

2. Calabai, Calalai, dan Bissu

Budaya Bugis di Sulawesi tidak hanya mengenal laki-laki maskulin dan perempuan yang feminin. Mereka mengenal lima jenis gender: croane (laki-laki yang maskulin), makkunrai (perempuan yang feminin), calabai (seseorang yang terlahir laki-laki, namun gendernya perempuan/waria), calalai (seseorang yang terlahir perempuan, namun gendernya laki-laki/priawan), dan bissu.

Nah, bissu adalah gender paling menarik dari budaya Bugis. Mereka adalah orang-orang yang dianggap suci dalam budaya tradisional Bugis dan tak mengikuti definisi gender yang “biasa.” Seorang bissu memiliki ciri-ciri dari semua gender yang ada, dan dianggap melampaui sekat-sekat gender.

Meski sebelumnya mereka dianggap suci dan penting untuk upacara-upacara adat, praktik bissu mulai memudar.

 

3. Burrnesha

Tidak mudah menjadi perempuan di Albania, Montenegro dan Kosovo. Di ketiga negara Eropa Timur ini, perempuan adalah warga kelas dua. Banyak perempuan dipaksa menikah dengan orang yang tidak mereka kenal, hanya karena keluarga kedua mempelai telah mengatur pernikahan tersebut. Perempuan dianggap sebagai barang milik keluarga, dan tak punya banyak hak untuk bersuara dan mengambil pilihannya sendiri.

Hanya ada satu cara untuk lari dari situasi ini: menjadi burrnesha. Mereka adalah perempuan yang, secara sadar, memutuskan untuk “berubah” menjadi laki-laki. Seorang burrnesha naik status sosialnya jadi setara dengan laki-laki, memakai baju laki-laki dalam keseharian,  serta didorong untuk melakukan kegiatan maskulin, seperti belajar berburu, menembak, dan mencari nafkah.

Apakah mereka mengubah diri dengan operasi kelamin? Ternyata tidak. Menurut hukum adat di sana, untuk menjadi burrnesha, seseorang harus bersumpah untuk tidak menikah dan menjadi perjaka seumur hidup.

Sekarang, burrnesha mulai jarang terjadi. Masyarakat Albania, Kosovo dan Montenegro mulai lebih terbuka dan menganggap perempuan setara, sehingga perempuan tidak merasa perlu menjadi burrnesha hanya agar mereka tidak jadi warga kelas dua.

 

Hijra, bissu, dan burrnesha hanya tiga dari sekian banyak gender alternatif yang dikenal oleh budaya-budaya di seluruh dunia. Mulai dari whakawahine yang dikenal oleh suku Maori di Selandia Baru, mahu di masyarakat kepulauan Hawaii, hingga xanith yang dikenal masyarakat Oman, ada banyak gender yang lebih rumit dari sekadar laki-laki atau perempuan. Ternyata, gender itu beragam!

 

 

Sumber:

nonbinary.org/wiki/Gender-variant_identities_worldwide
theguardian.com/society/2014/apr/16/india-third-gender-claims-place-in-law
theguardian.com/world/2014/aug/05/women-celibacy-oath-men-rights-albania
dailymail.co.uk/news/article-2852834/Hidden-world-hijras-Inside-India-s-4-000-year-old-transgender-community-religious-respect-doesn-t-protect-modern-day-discrimination.html
nonbinary.org/wiki/Hijra

Sumber foto:

aljazeera.com

Ingin Mendapatkan Kabar Terbaru dari Kami?

Berlangganan Nawala Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Logo Yayasan Gemilang Sehat Indonesia - Full White

Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) merupakan lembaga non-profit atau NGO yang bekerja di Indonesia sejak 1997 untuk isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Kami percaya bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi manusia harus dilihat secara positif tanpa menghakimi dan bebas dari kekerasan.

Keranjang
  • Tidak ada produk di keranjang.