Power to You(th) merupakan program lima tahunan yang percaya bahwa perubahan dimulai dari komunitas. Untuk mewujudkan perubahan tersebut, konsorsium Power to You(th) berupaya memperkuat organisasi masyarakat sipil untuk memberdayakan dan meningkatkan suara dari remaja perempuan dan perempuan muda (RPPM). Tujuan program ini secara keseluruhan adalah untuk memberikan kontribusi kepada lebih banyak remaja perempuan dan perempuan muda dari komunitas yang kurang terlayani yang secara bermakna dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai praktik berbahaya, KBGS, dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Program Indonesia Power to You(th) akan melibatkan remaja berusia antara 12 – 24 tahun dari komunitas yang kurang terlayani sebagai kelompok sasaran. Tujuan di atas hanya akan tercapai jika ruang sipil, termasuk aktor sosial, negara, dan media, dapat diberdayakan.
“Program Power to You(th) memiliki visi agar remaja perempuan dan perempuan muda dari komunitas yang kurang terlayani mampu membuat pilihan-pilihan berdasarkan informasi yang diberikan, menikmati seksualitas mereka, dan bebas dari praktik- praktik berbahaya di masyarakat yang adil gender dan bebas kekerasan. Program Power to You(th) akan diimplementasikan di 7 negara yaitu Ethiopia, Ghana, Kenya, Malawi, Senegal, Uganda, termasuk Indonesia dengan dukungan koordinasi dan berbagai advokasi yang dilakukan di Belanda serta skala global.”
Fokus Isu
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017, terdapat tiga isu yang masih memprihatikan di Indonesia dan saling berkaitan, yaitu level pengetahuan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), perkawinan anak, dan kekerasan terhadap perempuan.
Perkawinan Anak
Berdasarkan Laporan Pencegahan Perkawinan Anak Tahun 2020 yang dihimpun oleh BPS bersama dengan bantuan teknis dari UNICEF dan PUSKAPA UI, Jawa Barat dan Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah pernikahan di bawah usia 18 tahun tertinggi dan kedua tertinggi, dengan jumlah absolut 273.300 dan 191.500 kasus. Di Nusa Tenggara Barat, terdapat 33.300 kasus kawin anak, yang menjadikan provinsi ini sebagai provinsi dengan angka absolut kawin anak tertinggi kedua di Indonesia bagian tengah. Bahkan Nusa Tenggara Barat masih menjadi provinsi ketujuh dengan persentase prevalensi perkawinan anak tertinggi di Indonesia, yaitu 15,48%. Belajar dari program Yes I Do dan proses kreasi bersama, ketiga area tersebut memiliki karakteristik unik dari perkawinan anak terkait faktor pendorongnya. Kemiskinan menjadi alasan utama remaja perempuan terjebak dalam sebuah pernikahan. Pada saat yang sama, Jawa Timur memiliki nilai agama Islam yang kuat namun disalahartikan oleh masyarakat sehingga memunculkan norma menikah dini untuk menghindari seks pranikah yang dianggap sebagai dosa. Di Lombok, merariq (praktik menculik calon mempelai pria dari rumah orang tuanya) masih menjadi tradisi yang kuat untuk dipraktikkan oleh suku Sasak. Tradisi ini kemudian menjadi problematis ketika melibatkan anak-anak, yang dirujuknya sebagai merariq kodeq.”
Kehamilan Remaja
Laporan WHO tahun 2018 menunjukkan bahwa sekitar 21 juta anak perempuan berusia antara 15 dan 19 tahun dan 2 juta anak perempuan di bawah 15 tahun di negara berkembang mengalami kehamilan setiap tahunnya. 6 juta remaja perempuan memiliki bayi setiap tahun di seluruh Asia Tenggara, mencapai sekitar 16 persen dari semua kelahiran di seluruh dunia. Tingkat kehamilan spesifik di wilayah ini sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain: di Indonesia, lebih dari 2 juta remaja perempuan (15 hingga 19 tahun) diperkirakan telah melahirkan antara tahun 2005 dan 2010, yang merupakan sekitar 10 persen dari total kelahiran negara tersebut. Kehamilan remaja sangat erat kaitannya dengan aborsi yang tidak aman. Selanjutnya, kehamilan remaja berperan sebagai penghalang untuk mencapai tujuan perkembangan. Pada akhirnya, kehamilan remaja bukan hanya menghilangkan potensi bagi perempuan itu sendiri namun juga komunitas dan lingkungan sekitar.
Kekerasan terhadap Perempuan
Berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2019 tentang Kekerasan terhadap Perempuan, ketiga wilayah di atas (Jawa Barat, Jawa Timur, dan NTB) masih memiliki angka kekerasan terhadap perempuan yang luar biasa tinggi. Terdapat 1940 kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Barat pada tahun 2018, yang menjadikan provinsi ini menempati urutan ketiga daerah dengan kasus kekerasan terhadap perempuan terbanyak, yang kemudian posisi ini digantikan oleh Jawa Timur pada tahun 2019, dengan 1944 kasus kekerasan terhadap perempuan. Di Nusa Tenggara Barat, kondisi tersebut juga memprihatinkan dengan 745 kasus kekerasan terhadap perempuan, menjadikan provinsi ini sebagai provinsi kelima dengan kasus kekerasan terhadap perempuan terbanyak di Indonesia.
Pendekatan
Power to You(th) menggunakan pendekatan multidimensi, termasuk meningkatkan akses perempuan dan anak perempuan ke layanan kesehatan reproduksi, pendidikan, informasi, serta peluang ekonomi dan politik yang lebih baik. Pendekatan paling penting yang akan dilakukan oleh program adalah memperkuat ruang sipil yang dibutuhkan kaum muda untuk terlibat secara bermakna dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi mereka.
Wilayah Kerja
Jawa Barat, Indonesia
Jawa Timur, Indonesia
Nusa Tenggara Barat, Indonesia
Mitra Program